Kepada GP-Inside, Burgess mencoba menjelaskan tentang keputusan Valentino Rossi yang mengakhiri kebersamaan mereka.
Burgess mengatakan Vale sedang melakukan apa yang biasanya dilakukan para olahragawan ketika mereka memasuki masa - masa akhir karir mereka. Beliau memberikan contoh tentang petenis dari Spanyol, Andre Agassi yang melakukan hal yang sama dengan mengganti pelatihnya tetapi gagal memperbaiki apa yang ingin dicapainya.
Kembali dia melanjutkan kalau hanya masa depan yang dapat menjawab keputusan Vale tersebut. Kalau dia berhasil menang secara konstan di musim depan, maka dia akan sangat bahagia untuk Vale. Tetapi kalau gagal, dia mengatakan kalau bagaimanapun juga, Rossi telah mencoba dan menunjukkan kalau Vale mau melakukan segalanya untuk olahraga ini.
Burgess hanya mengharapkan kalau Vale tahu kapan saatnya untuk menggantungkan baju balapnya dan berjalan meninggalkan MotoGP seperti selayaknya seorang juara sejati yang ada di dalam dirinya. Dan yang paling penting, berjalan tanpa luka.
Rossi pembalap yang hebat, lanjutnya, dan kalau dia mengklaim kalau dia masih dapat melakukan apa yang biasanya dia lakukan 10 tahun yang lalau atau lebih, mustahil baginya untuk dapat tetap bisa bersaing dengan tiga pembalap terdepan, Lorenzo, Dani dan Marquez.
Rossi dan tiga pembalap tersebut sudah pasti lebih cepat dari pembalap lain di track, tetapi ini tidak cukup karena dia berada sangat jauh dari posisi ketiga pembalap itu. Dan dia 34 tahun sekarang, tahun depan dia sudah 35 tahun, bukan anak kecil liar 15 tahun yang lalu lagi.
Berbicara tentang pensiun, Burgess menyimpulkan : "Seseorang seperti dia seharusnya tidak terlalu memusingkan soal itu, karena dari awal dia sudah tau, ketika memulai suatu perjalanan, akan ada saatnya untuk mengakhirinya, suatu hari nanti.
"Riding a race bike is an art - a thing that you do because you feel something inside."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment