"Riding a race bike is an art - a thing that you do because you feel something inside."

Tuesday, June 30, 2015

Just Another Rossi VS Marquez Post (After Assen 2015)

Kita membicarakannya hampir di sepanjang akhir minggu kemarin. Bahkan sampai detik ini masih menjadi perdebatan panas di mana - mana. Di dunia maya, di dunia nyata, di dunia akhirat pun mungkin. Ga tau deh ya, belum pernah kesana, tapi yang pasti ada pendukung Vale juga disana. Seperti Marco Simoncelli misalnya. God rest his soul. 







Mari kita mulai dari hari Kamis. Iya hari kamis, karena MotoGP Assen dari dulu digelar pada hari Sabtu, karena Minggu harinya mereka beribadah. Kecuali mulai tahun depan, Assen akan menjalani balapan "normal" hari Minggu. 
Kamis dimulai dengan biasa saja, menurut atmosfer MotoGP biasanya, sesi latihan bebas di awalnya terlihat, yah, biasa aja. Kemudian tiba - tiba Rossi muncul di layar kaca, dia begitu tenang, begitu nyaman. Di lap - lap akhir dia kemudian menggila, 1:34'469 menempatkannya di posisi teratas di latihan bebas pertama Assen.
Kemudian sore harinya sesi latihan bebas kedua dimulai. Rossi tampak lebih kalem, dia menggunakan ban medium, kemungkinan besar sih di sesi ini dia fokus untuk settingan race. Dan dia juga 100% meninggalkan sasis lama dan menggunakan sasis baru yang sudah diuji coba di Aragon sebelumnya. Rossi langsung jatuh cinta dengan sasis baru ini, karena menurutnya membantu masuk tikungan lebih cepat dan lebih lincah mengatasi track dengan tipikal seperti Assen yang fast flowing corner. Yamaha sendiri mengklaim kalau sasis baru ini juga membantu manajemen ban, sehingga ban dapat bertahan sampai tahap akhir balapan. Bayangkan dengan tipikal Vale yang panas di akhir - akhir balapan dibantu dengan sasis baru ini. Hasilnya udah pada tau sendiri. 
Kembali lagi ke sesi latihan bebas kedua, Rossi tampak kalem di awal - awal sesi, dia bahkan mencoba menggunakan ban belakang hard. Catatan waktunya pun impressive, sekitaran 1:33 koma besar. Kemudian di sesi akhir dia mencoba soft di depan dan medium di belakang. Dia berhasil memperbaiki catatan waktunya dan naik ke posisi ketiga, terpaut 0.202 detik saja dari Dani Pedrosa yang saat itu jadi yang tercepat.

Besoknya di sesi latihan bebas ketiga, kembali Rossi menjadi yang tercepat. Dia meninggalkan lawan - lawannya dengan 1:33'167 sekaligus menjadi catatan waktu tercepat di Assen pada saat itu, terpaut 0.108 detik dari Lorenzo di posisi kedua. Sorenya latihan bebas terakhir dimulai. Sesi ini adalah yang terpenting karena disini adalah kesempatan terakhir tim dan pembalap memutuskan menggunakan settingan mana untuk balapan esok harinya. Rossi menjadi yang tercepat kedua disini, kalah 0.153 detik saja dari Marquez. 
Sorenya sesi kualifikasi pun dimulai. Sesi untuk menentukan posisi start yang mana Rossi bukan ahlinya semenjak era dua bagian kualifikasi dimulai dua tahun lalu. Rossi selalu keteteran dan dia mengakui sebelum - sebelumnya kalau untuk mengalahkan Lorenzo, dia harus memperbaiki hasil kualifikasinya sendiri, paling tidak berada di barisan terdepan atau kedua. 
Tetapi bukan hanya dia memperbaiki pencapaian kualifikasinya, tetapi dia melakukannya dengan gaya. Dia langsung meraih pole position. Terdengar gemuruh luar biasa dari penonton di tribun Assen ketika mereka melihat nama Vale tercatut di posisi teratas sesi kualifikasi. Bukan itu saja, catatan waktu Rossi 1:32'627 adalah catatan waktu tercepat yang pernah diukir di lintasan ini alias rekor baru. Lebih cepat 1 detik dari rekor sebelumnya. 1 detik itu mungkin tidak terdengar istimewa kalau anda orang awam. Tapi kalau anda mengerti balap, anda akan tau 1 detik itu bagaimana, dan apalagi dilakukan oleh pembalap yang sudah tidak muda lagi.
Berakhir sudah semua sesi di hari kedua di Assen, dengan komentator berkata : "Assen is a happy place once again." mengacu ke Valentino Rossi yang berhasil membuat penonton di Assen bahagia ketika dia dalam top performa.

Hari Sabtu, hari yang paling dinanti jutaan pecinta balapan motor sejagat raya. Saatnya melupakan hasil hari - hari kemarin dan memulai balapan yang sesungguhnya, untuk menentukan siapa yang terbaik, tercepat dan terhebat di 26 putaran di Assen. 
Mobil safety car menyelesaikan putaran pengecekan kondisi track, semua pembalap dipimpin oleh Valentino sendiri sudah bersiap melakukan satu lap pemanasan. Ketika selesai mereka kembali ke grid masing - masing dan memulai balapan ketika lampu merah padam diatas lintasan garis start. 
Lampu padam! Semua pembalap memulai start dengan baik, dan Rossi mendapatkan posisi yang dia inginkan ketika balapan dimulai, memimpin! Lorenzo juga langsung melesat dari posisi 8 ke posisi 5. Dalam 1 lap pertama Marquez dan Lorenzo sudah berada di belakang Vale, menguntit dia dan berharap dapat segera mendekati dia. Lorenzo tidak mampu, hanya Marquez yang bisa menempel ketat sang juara dunia MotoGP 9 kali ini. Game on!

Sepanjang 20 lap pertama, Marquez menguntit Rossi dari belakang, sangat sabar dan sangat terlihat nyaman dengan motornya. Dia tidak tampak seperti Marquez yang kita kenal, Marquez yang liar dan beringas di setiap tikungan. Motornya tampak tenang dan tidak seperti biasanya. Sepertinya perjudian Marquez untuk menggabungkan sasis lama Honda RC213V 2014nya dengan mesin dan swing arm 2015 terbayar sempurna. Atau juga karena Marquez memilih menggunakan kombinasi ban medium untuk depan dan belakang, berbeda dengan pembalap lain (termasuk Rossi) yang memilih soft depan dan medium di belakang. Medium membutuhkan waktu sedikit lebih lama dari soft untuk dapat menyesuaikan suhu dengan track. Dan medium juga punya keuntungan grip lebih baik daripada soft di penghujung balapan. Motor itu tampak begitu digdaya melahap tikungan demi tikungan. Power Honda juga sudah bukan rahasia, setiap keluar tikungan berhasil mengimbangi Rossi, dan ketika memasuki gear ke 4, Marquez berhasil mendekati Rossi. Beruntunglah di Assen track lurus terpanjang cuma 700 meter. Tidak cukup untuk Honda melibas Yamaha dengan power monster mereka. Yamaha juga sudah membayar semua permintaan Rossi, yang tahun lalu meminta agar power keluar tikungan lebih baik. Walau sepertinya masih banyak PR karena Honda masih luar biasa di bagian itu. Rossi mencoba bertahan dengan defense line dan gaya balap klasik TiTo-nya. Sesekali Rossi mengeluarkan teknik Late Brakingnya yang sangat tersohor. Dia adalah rajanya late braking. Semua sudah tau itu.  

Di penghujung lap ke 20, memasuki chicane di tikungan terakhir, Rossi sedikit melakukan kesalahan dan melebar di tikungan terakhir, bannya menyentuh rumput, menyebabkan ban kehilangan daya traksi sekitar nol koma sepersekian detik. Tapi hanya itulah yang dibutuhkan Honda dan Marquez untuk dapat kemudian memanfaatkan power akselerasi mereka dan menyalip Rossi di tikungan pertama dari sisi dalam. Marquez memimpin untuk pertama kalinya semenjak balapan dimulai. Disinilah balapan sesungguhnya dimulai. Duel yang sudah lama dinanti oleh penggemar balapan di seluruh dunia. The first real head to head Rossi VS Marquez, karena sebelumnya, ketika Rossi duel dengan Marquez, selalu berakhir dengan Marquez di gravel dan tidak mampu melanjutkan balapan.

Rossi dengan sabar terus mengikuti Marquez. Dia seakan sadar kalau tidak ada gunanya memaksakan kembali menyalip karena Marquez punya keuntungan ban depan lebih keras. Dan dia juga tau kalau dia lebih cepat di sektor terakhir track Assen. Kemudian drama dimulai di penghujung lap ke 24. Rossi menggunakan aksi TiTonya dan kembali menyalip Marquez untuk posisi pemimpin balapan. Gila, semua yang ada di tribun terperangah dan secara sadar atau tidak berdiri dari kursi masing - masing. Mereka tersihir dengan aksi Valentino Rossi. Aksi yang sudah mereka rindukan sejak dari terlalu lama. Aksi menegangkan sampai detik terakhir penguhujung balapan. Karena hanya Rossi yang mampu kembali menyuguhkan itu setelah empat balapan terakhir Jorge Lorenzo terlalu asik sendiri di depan. Valentino Rossi menyelamatkan muka MotoGP.

Rossi tetap memimpin sampai balapan menyisakan dua tikungan saja. Ya, dua tikungan terakhir yang sangat terkenal di Assen, yang menjadi ciri khas track ini. Rossi memasuki tikungan dengan normal, dengan racing linenya semenjak 25 lap sebelumnya, berbanding terbalik dengan Marquez. Dia memasuki tikungan sangat cepat dan sangat ke dalam. Rossi sudah menutup pintu dan dia tetap memaksa masuk ke bagian dalam Rossi. Marquez menabrak lutut Rossi, menyebabkan Rossi spontan menegakkan motornya menghindari kecelakaan dan menerobos gravel dengan menggunakan sedikit teknik motocross yang hampir tiap weekend dilatihnya di sirkuit pribadinya di Italia. Rossi membuka gas penuh, sedikit mengangkat ban depan menghindari ban terjerembab masuk ke dalam gravel, dan kembali ke track. Dia melihat ke belakang memastikan Marquez baik - baik saja (Iya, Rossi kaya gitu orangnya.) dan kembali melanjutkan balapan sebagai pembalap pertama yang melintasi garis finish. Valentino Rossi juara di balapan Assen 2015. Dan dia melakukannya dengan fantastis. Komentator yang biasanya lebih lancar ngomong dari kereta api shinkansen sampai terbata - bata saking gembiranya dengan kemenangan The Doctor. Dia bahkan berterima kasih kepada Valentino Rossi yang menyuguhkan balapan hari itu. Hari bersejarah dengan kontroversi yang kisahnya akan diceritakan sampai bertahun - tahun ke depan. 


Valentino juga tampak sangat gembira dan lega, walaupun termasuk kontroversial, tetapi dia dinyatakan pemenang yang sah. Dia memberhentikan motornya di dekat tribun yang khusus dipersembahkan buat fansnya dan meminta tolong marshall untuk memegangi motornya. Kemudian dia berlari ke arah tribun seperti anak kecil yang baru mendapat hadiah ulang tahun, dan lebih lucunya lagi dia kemudian berguling - guling. Iya, si kakek tua ini berguling - guling di depan Popolo Giallo, sebutan untuk para fansnya. Penonton di tribun berteriak histeris. Sudah lama sekali mereka menantikan aksi nyeleneh Rossi seusai memenangi balapan. Mungkin tidak seheboh tahun - tahun lalu dimana banyak aksi selebrasinya yang mengundang tawa dan bahagia, tetapi ini sudah cukup menyempurnakan kepuasan dahaga penggemarnya yang sudah sejak lama sekali menunggu aksi konyol seperti ini lagi.
Rossi kemudian memanjat pagar agar lebih dekat dengan fansnya, setelah dirasa cukup, Rossi turun dan kembali ke motornya untuk menuju ke Parc Ferme. 

Di Parc Ferme, setelah merayakan kemenangan dengan timnya, Rossi langsung menuju ke Marquez, untuk menyalami bocah itu. Sayup terdengar Rossi mengatakan luar biasa, duel yang sangat hebat, kamu sangat kuat. Marquez tersenyum lebar, walau terlihat sedikit palsu, tetapi salut buat bocah ini dia berusaha menyembunyikan kekesalannya. Ceritanya akan berbeda kalau itu Max Biaggi, Sete GIbernau, Casey Stoner, atau Lorenzo. Yang kesemuanya pernah menjadi korban bulan - bulanan Rossi. Mereka akan menunjukkan raut muka cemberut dan akan menolak bersalaman dengan Rossi dan bahkan berlanjut ke podium. Kemudian merengek - rengek ke tim, media dan pengadil lapangan MotoGP (Race Direction). 
Sikap yang ditunjukkan Marquez lebih tenang. Dia pasti sangat kesal, semua yang di posisi dia pasti sangat kesal, tetapi dia masih menunjukkan respect kepada sang idola dan sekaligus dia akui orang yang paling berpengaruh di karirnya itu.


Berbeda dengan sikap yang ditunjukkan, lebih tepatnya dikatakannya, kepada media yang sudah tidak sabar dengan ratusan pertanyaan mereka. Marquez dan Rossi tidak ada yang mengalah, mereka masing - masing merasa benar sendiri. Marquez mengatakan kalau dia merasa sudah benar dengan mengambil jalur dalam, dan bahwa Rossi telah melihatnya datang. Rossi sebaliknya mengatakan kalau dia lebih di depan dan tidak menyangka Marquez akan menabrak lututnya. Marquez mengatakan tidak menyangka Rossi akan memotong jalur, dan Rossi mengatakan dia tidak punya pilihan lain karena Marquez mendorongnya keluar lintasan.
Marquez mengatakan bahwa dia merasa menang dan menunggu keputusan dari Race Director. 

Kemudian media kembali bertanya ke Marc, apakah ceritanya akan sama kalau pembalap yang terlibat bukan Rossi? Marquez menjawab dengan sinis : "Kita lihat saja nanti, kalau ada yang begini lagi kan dia tinggal bilang dulu Rossi juga pernah dan tidak apa - apa kok."
Rossi dengan cepat menjawab : "Kalian jangan lupa dengaan Laguna Seca 2013. Marquez melakukan hal yang sama (memotong jalur ketika menyalipnya-red)!"
Rossi dan Marc ditanya bagaimana hasilnya kalau contact (senggolan) itu tidak terjadi? Lagi - lagi mereka berdua kembali membela diri. "Aku lebih di depan!" sambut Rossi. "Tapi aku lebih di dalam." balas Marquez.
Pokoknya mereka berdua saling berargumen dengan pendapat masing - masing.

Semua media sosial juga riuh dengan kejadian di tikungan terakhir itu. Semua fans saling beradu argumen, seolah pembalap MotoGP cuma ada dua di dunia ini. Fans Marquez merasa Valentino curang dan tidak pantas dimenangkan. Fans Valentino mengatakan beginilah balapan sesungguhnya. Marquez masih perlu banyak belajar.

Akhirnya, MotoGP angkat bicara. Melalui Race Director mereka, Mike Webb. Setelah menonton ulang video tayangan kontroversi tikungan terakhir, bersama - sama dengan kedua pembalap, MotoGP menyudahi adu pendapat kedua belah pihak dan menyatakan kalau Valentino Rossi tetap keluar sebagai pemenang yang sah dan tidak ada sanksi untuk kedua pembalap.
"Valentino sudah tepat berada di jalurnya dan di sepanjang kejadian dia di depan dan tidak disalip oleh Marquez. Ketika memasuki tikungan, mereka bersenggolan dan menyebabkan Rossi tidak punya pilihan dan harus memotong tikungan dan memenangi pertandingan dengan selisih 1.2 detik. Tidak ada yang diuntungkan pada kejadian itu. Mereka berdua berbarengan keluar dari tikungan. Kami punya buktinya kok, dari hasil rekaman helikopter yang merekam setiap detik kejadian itu kalau Valentino berada di linenya, dia di depan dan dia tidak disalip. Jadi ini tidak perlu dilanjutkan lagi dan keputusan final RD. This will be the end of it." 
Demikianlah akhirnya pernyataan yang membungkam satu sisi. Memang terkadang omongan dengan bukti atas fakta kejadian yang terjadi dibutuhkan untuk menghindari masalah berlanjut.

Lalu apa kata para Legenda MotoGP? Beberapa media sempat menanyakan duel abad ini tersebut kepada beberapa Legenda dunia balap yang sedang berkumpul di Festival Of Speed GoodWood, yang juga dihadiri Rossi langsung besoknya setelah memenangi Assen. Dia diundang oleh Lord March sang empunya acara yang mengaku sudah 20 tahun berusaha mengajak Rossi datang dan akhirnya lega Rossi memenuhi panggilannya.

Inilah kata mereka : 

Phil Read : "Valentino Rossi sangat cerdas. Sebenarnya dia sudah didorong keluar oleh Marquez, tapi dia sadar dan menegakkan motornya dan melompati kerb dengan membuka gas kemudian memenangi balapan dengan jarak 50 meter (tertawa). Cara membalap yang jenius. Jenius! Menurut saya ini adalah murni insiden balapan dan Valentino memanfaatkannya dengan gemilang. Memang dia memotong lintasan, tetapi caranya menakjubkan."

Giacomo Agostini : "Saya rasa Valentino tidak boleh memotong lintasan, tetapi Marquez yang mendorong dia keluar. Kalau saya jadi jurinya, saya akan menghentikan balapan pada detik itu juga (sebelum Valentino memotong lintasan), jadi siapaun yang sedang memimpin akan menjadi pemenang. Dan pada saat itu Valentino yang di depan, jadi dialah pemenangnya."

Freddie Spencer : "Kamu tahu, pada akhirnya Valentino-lah yang memenangkan balapannya. Dan dia sudah pasti yang terkuat di sepanjang balapan. Marc juga sudah cukup baik dan mencoba sangat keras di akhir - akhir. Dia sempat menyalip tetapi tidak mampu menjauh. Setelah balapan buruk sebelumnya dan dia kembali ke podium sudah hal baik buatnya."

[Video Legenda berbicara tentang Rossi VS Marquez : Klik ]

Lalu apakah drama berhenti disini? Oh, tentu tidak. Penggemar masih asik perang sendiri di internet. Yang merasa dirugikan masih tidak terima dan tetap mengganggap Rossi curang. Ya taulah, mereka kan lebih pinter daripada Race Director MotoGP yang udah berpuluh - puluh tahunan di bidang ini. Walau tidak ada satupun pengamat, media, dan sesama pembalap bahkan legenda hidup dunia balap yang membenarkan aksi Marquez dan menyatakan Valentino adalah pemenang yang pantas, Fans selalu lebih benar, walau mereka baru nonton ketika Marquez mulai melambung namanya. Iya, mereka selalu paling benar kok. Ga pernah salah. Apapun itu. 

Gimana dengan Vanguard sendiri? Kok malah asik ngurusin komentar orang lain? Haha, santai masbro mbaksis. Kalau analisa saya ya sudah pasti Rossi selalu benar, bagaimana juga saya terlahir sebagai penggemar Rossi, sejak pertama kali saya melihat dia belasan tahun lalu. 
Rossi memasuki tikungan itu sama persis dengan apa yang sudah dia lakukan puluhan bahkan ratusan kali sebelumnya. Yaitu dari jalur normal, agak keluar bagian kiri track, sedikit mengerem memasuki tikungan dan bersiap bangkit di tikungan selanjutnya. Marquez mengambil jalur yang nyeleneh, masuk tikungan dari arah tengah track, hal yang tidak biasa dilakukan pembalap selain dia. Seperti dia punya maksud untuk menabrak Rossi, walaupun saya tau dia tidak. Ini yang selalu dikhawatirkan dari Marquez, sudah banyak pembalap lain kecuali Rossi yang sudah terbiasa dengan ini, memprotes Marquez yang tidak mempedulikan keselamatan dirinya dan orang lain ketika dia menyalip pembalap di depannya. Bahkan Lorenzo sendiri pernah mengajukan keberatan langsung kepada RD, hal yang sama pernah dilakukan Pedrosa tentang almarhum Marco Simoncelli. 

Marquez punya hak untuk menyalip, dan RD menyatakan hal yang serupa. RD juga menyatakan karena hal ini terjadi di lap terakhir khususnya di tikungan terakhir, pembalap diizinkan "sedikit lebih agresif". Kalau hal ini terjadi di lap - lap sebelumnya, maka dia akan mendapat sanksi, hal yang sama diamini oleh David Emmet, sang editor motomatters yang terkenal akan sifatnya "siapa yang benar ya benar, siapa yang salah ya salah, siapa yang menang ya menang, siapa yang kalah ya kalah." alias tidak pernah pandang bulu dan berat sebelah walau itu Rossi sekalipun.

Menurut saya juga dari hasil yang saya tonton di layar kaca, Rossi selalu di depan, tidak pernah tersalip, sama halnya yang diutarakan RD MotoGP, Mike Webb. Jadi dia punya hak dan dia berada di jalurnya untuk masuk dan menutup line. Marquez datang terlalu cepat, dan dia tidak punya ruang untuk menyalip, dan saya rasa sih dia sadar hal itu, walau sedikit terlambat. Saya rasa juga tidak ada maksud dari kedua pembalap melakukan apa yang mereka lakukan. Rossi tidak punya niat memotong tikungan dan Marquez juga tidak berniat menabraknya, tetapi yang terjadi ya terjadi. What happened, happened. This is racing. you can never predicted what is going to happen. Lagipula kalau udah sering nonton balapan dan otaknya masih waras sih ya tau donk, kalau cuma orang gila yang mau dengan sengaja masuk ke gravel dengan kecepatan tinggi naik motor prototipe yang 10000000% diciptakan untuk jalan beraspal.  Hasilnya kalau tidak grusak ya bannya kelelep dan ga bisa melanjutkan perlombaan. 

Rossi itu sudah lebih dari 20 tahun balapan di Assen, semenjak dia masih di kejuaraan Eropa dia sudah membalap dan menonton banyak balapan disini. Itulah letak kesalahan Marquez. Salah target. Rossi bukan pembalap biasa. Dia bukan pembalap kemarin sore yang mentalnya bisa dipermainkan, justru dia adalah rajanya permainan mental. Jangan membohongi tukang bohong, jangan juga bermain mental dengan rajanya permainan mental. Marquez salah pilih lawan. Dia berpikir Rossi akan menyerah begitu saja dengan aksinya, dan dia salah. Akan beda ceritanya kalau yang disalip bukan Valentino Rossi. Misalnya seperti Lorenzo di Jerez 2 tahun lalu. Lorenzo sampai menyarankan RD mengambil tindakan tegas dan melarang Marquez untuk balapan 1 seri supaya dia lebih jinak. Tetapi Rossi sudah tau dan hafal kalau Marquez suka grasak grusuk apalagi kalau mengejar posisi juara di akhir - akhir balapan. Dia mengenal baik Marquez adalah tipikal pembalap main fisik. Dia memanfaatkan itu dengan cerdas, menggunakan senjata Marquez sendiri untuk membunuh dia. Ini akan lebih efektif "menyiksa" mental Marquez daripada harus melarang dia balapan 1 seri. Rossi itu jenius. Sudah ratusan kali diucapkan, Rossi itu pembalap jenius. Lain kali kalau dihadapkan dengan posisi yang sama di balapan - balapan berikutnya, pasti Marquez akan berpikir 2 kali sebelum berusaha "bersentuhan" dan menyingkirkan Rossi dari jalannya. 

Marquez sebenarnya, IMO, kaget. Selama ini dia terlalu mudah melenggang bebas juara disini juara disana. Dan setelah 2 musim "mudah" di MotoGP, dia dipertemukan dengan sosok asli seorang Valentino Rossi. Mentalnya terkejut akhirnya dia menemukan lawan yang sepadan. Bukan lawan ecek - ecek yang selama ini dihadapinya.

Bagaimana dengan hubungan mereka berdua setelah kejadian ini? Ditanyakan seperti itu mereka kompak menjawab tidak akan berpengaruh. Tentu saja mereka berkata seperti itu. Tetapi perlahan tapi pasti, inilah awal dari pengulangan Laguna Seca 2008. Rossi sedang dalam target mengejar juara dunia untuk ke sepuluh kalinya. Marquez? Hanya ingin menang saja dan tampak sudah putus asa untuk mempertahankan gelarnya tahun ini. Rossi akan menjaga jaraknya dengan Marquez itu pasti dari apa yang dia katakan kalau Marquez masih berpotensi besar menjadi salah satu penghalang dia meraih target juara dunianya. 

Tetapi menurut saya musuh terbesar tahun ini adalah teman satu timnya sendiri, Jorge Lorenzo. Marquez terlalu jauh, dengan perbedaan 74 poin. Walaupun dia memenangi sisa 10 race terakhir, Rossi masih akan tetap jadi juara dunia dengan perbedaan 24 poin dengan syarat Rossi finish di posisi 2 sepanjang sisa musim.
Rossi memang menang dengan pasti dari Lorenzo di Assen, tapi berkaca dari tahun lalu, momen kebangkitan Lorenzo adalah di separuh babak kedua musim. Dan jarak poin mereka cuma berbanding 10. Lorenzo butuh minimal 2 kemenangan lagi untuk menyamai poin Rossi kalau Rossi finish posisi 2 pada race tersebut. Tetapi tetap, Marquez akan menjadi batu penghalang menyebalkan. A giant pain in the ass. 



Apapun hasil akhirnya nanti, ingatlah, Valentino Rossi sudah memberikan banyak untuk olahraga ini. Dia merubah nasib dan muka olahraga ini di hadapan dunia. Dia adalah icon dan trade mark olahraga ini. Dia adalah pembalap satu - satunya yang mampu menyelamatkan rating MotoGP. Dia mengajarkan anda, usia tidak pernah menjadi alasan untuk berhenti, untuk tidak malu belajar dari yang lebih muda, untuk tetap berjuang sampai detik akhir, tahap demi tahap, perlahan namun pasti, untuk selalu menjadi yang tercepat. Dia membuktikannya dengan hasil yang diraihnya. Dia dikucilkan, dia dihina, dia dipinggirkan, dia dianggap sudah habis, masanya dianggap sudah lewat, tetapi dia masih bisa mengalahkan rivalnya, tidak peduli mereka dianggap sebagai penerusnya atau dianggap lebih baik dari dia. Dia tidak butuh banyak bicara, karena dia membuktikannya dengan cara yang sebagaimana seharusnya seorang idola melakukannya. Dia adalah The Doctor, The King of MotoGP, The God of Motorcycle Racing, The Greatest Of All Time. 

Dia adalah VALENTINO ROSSI.

2 comments:

  1. entah kenapa, saking takjubnya, saking senengnya, saking rindunya atas aksi Rossi, membaca artikel ente, ane jadi berebes mili, ane haru, this is the moment that we waiting for, the master has return!! ...

    ReplyDelete