"Riding a race bike is an art - a thing that you do because you feel something inside."

Monday, July 6, 2015

Did Rossi Reveal The Truth Of Marquez?


Masih terngiang jelas detik -detik kejadian di tikungan terakhir di Assen walau sudah lewat lebih dari seminggu balapan itu berakhir dan debat kusir mulai mereda di dunia maya. Tapi masih ada satu hal yang mengganjal di pikiran saya. Benarkah ini membuka kenyataan tentang seorang Marquez?






Marquez yang sebelum kejadian ini kita kenal sebagai pembalap yang hebat hampir tanpa cacat. Dia sangat cepat, mentalnya kuat, tipenya juga fighter sejati. Jatuh bangun dia masih hadir di lintasan untuk bertarung di hari Minggunya. Kecuali kalau halangan itu benar - benar mutlak seperti kejadian ketika dia masih di Moto2 di Sepang ketika dia hampir kehilangan penglihatannya 4 atau 5 tahun lalu.

Adalah benar saya terlalu kepo dan tidak biasanya membahas pembalap lain. Tapi setelah belasan tahun saya menjadi penikmat acara tv yang hampir tidak satupun saya ketinggalan ini, Marquez adalah satu dari sangat sedikit... sangat sedikit pembalap yang mencuri perhatian saya. Tekankan lagi, sangat sedikit. Jadi saya merasa gatal kalau tidak membahas dia.

Mungkinkah Marquez sudah menunjukkan tabiat aslinya? Mungkinkah selama ini yang kita lihat adalah pembalap palsu? Atau mungkinkah memang dia terlalu pintar menyembunyikannya? Semenjak dia bergabung dengan kelas para raja, dia mencuri perhatian sebagai pembalap juara, pembalap mental baja, pembalap yang digadang - gadang menjadi penerus Valentino Rossi, pembalap yang suatu saat akan mewarisi tahta sang raja. 

Apa sebenarnya yang dari tadi saya bahas terlalu bertele - tele? Adalah faktanya bahwa seorang Marquez ternyata tidak beda dengan pembalap menjijikkan lainnya. Saya masih berharap saya salah, tapi kita serahkan ke waktu yang menjawabnya. Marquez seharusnya yang menggunakan simbol "Halo dan Devil" bukan Lorenzo. Paling tidak Lorenzo tidak pernah berdusta tentang tabiatnya dan menunjukkannya sejak awal. Marquez mencuri perhatian kita apalagi setelah dia mengatakan dia adalah fans Rossi dan menjadikan Rossi panutannya dalam menjalani karir sebagai pembalap. Dia menunjukkan sisi malaikatnya dan menyembunyikan sifat iblisnya bertahun - tahun lamanya sebelum Rossi membongkar itu semua dan menunjukkannya di hadapan dunia. Assen 2015 adalah dasarnya. Rossi memenangkankan kejuaraan itu, secara adil menurut semua orang dan semua pembalap dan semua pengadil jalannya balapan, kecuali teamnya Marquez sendiri dan tentunya orang yang dekat dengannya, dan jangan lupakan fansnya yang luar biasa jenius dan selalu benar itu juga, jangan.

Tetapi kenapa Marc harus menjadi seorang "pussy"? Seorang "sore loser"? Seorang "whiny ass"? Apakah dia cuma seorang Stoner yang menyamar? Sudah cukup dengan gaya balap stonernya di 2013 dan 2014, jangan juga ditambah sifatnya di 2015 ini. Menjijikkan. Bukan sifat seorang pemenang. Bukan sifat yang layak ditunjukkan juara dunia MotoGP 2 kali beruntun. Pathetic.

Kenapa dia menjadi begini? Padahal dia punya potensi yang luar biasa besar menjadi seorang pembalap yang dicintai orang banyak. Mungkin dia tidak akan menjadi Valentino Rossi selanjutnya, karena hal itu mustahil sekarang, tetapi dia mempunyai potensi untuk paling tidak mendekati. 
Apakah karena emosinya yang masih labil? Bagaimanapun juga dia "masih" berusia 22 tahun. Tapi seharusnya umur segitu sudah tidak bisa menjadi alasan untuk ini. Rossi saat seusia dia mungkin saja seorang berandalan juga, dan kita semua tahu kenakalan Rossi saat itu, tetapi ingat, Rossi tidak seorang pengecut setelahnya bahkan ketika dia kalah dengan adil. Dia tidak akan mempermasalahkan apapun dan siapapun kecuali dirinya sendiri dan mengungkap kendalanya secara gamblang. Itulah kenapa media sangat membutuhkan dia, dan apapun yang diutarakannya dapat menjual berita di koran, majalah atau tv. Dia sangat detail piece per piece apa yang terjadi apa adanya. Tanpa menunjukkan sedikitpun sifat seorang pengecut. 

Mungkinkah ini karena Marc terbiasa menang? Bayangkan saja tahun lalu dia memecahkan begitu banyak rekor, memenangi begitu banyak balapan, mempecundangi semua seniornya. Dia memenangkan 13 balapan total dimana 10 diantaranya dilakukan beruntun sejak pembukaan balapan di Qatar sampai dengan Indianapolis. Fantastis! Dua tahun pertamanya di MotoGP dia mengakhirinya sebagai juara dunia. Kemudian di tahun ini di 2015 semuanya berubah 180, bukan, lebih tepatnya 460 derajat. Dari 8 balapan yang sudah digelar dia "baru" menang satu kali, podium tiga kali dan tidak finish (crash) tiga kali. Sangat bertimpang dari hasilnya di tahun lalu ketika semuanya terasa mudah baginya. 

Atau mungkin dia akhirnya mendapat kesempatan bertarung dengan Valentino Rossi sesungguhnya? Sang idola yang kembali menemukan kecepatannya di tahun ini? Dia bisa saja dengan mudah mengalahkan Dani Pedrosa dan Jorge Lorenzo. Dia menjatuhkan teammatenya sendiri di Aragon, dan meniru gaya Rossi ketika menaklukkan Lorenzo di Jerez. Memang dia juga melakukannya kepada Rossi sendiri di Laguna Seca tahun lalu, tapi tahun ini Yamaha sudah banyak berkembang, bro.
Semua terasa mudah baginya dan kemudian dia harus berhadapan dengan masalah di tahun ini, mulai dari motor yang tidak stabil, hasil yang mengecewakan, sekarang dia harus berhadapan dengan Valentino Rossi. Seorang legenda hidup yang sudah mendapatkan semua apa yang menjadi mimpi pembalap roda dua di dunia ini. Seorang raja balapan roda dua yang tidak perlu membuktikan apapun lagi. Apakah ini yang akhirnya membuka tabir siapa sesungguhnya seorang Marc Marquez? 

Rossi juga mengalami hal yang sama bro. Dia tidak juara dunia 9 kali dengan duduk santai nerima duit doank. 2003 akhir dia harus keluar dari zona nyamannya dari Honda yang superior menuju motor yang saat itu bobrok. 2006 dia harus menghadapi masalah chatter dan menurut saya adalah kekalahannya yang paling menyakitkan, bagaimana tidak, dia kalah setelah menang 5 kali dari Hayden yang saat itu menjadi juara dunia dengan total 2 kemenangan. Apalagi di 2011 dan 2012 yang semua sudah tau ceritanya. Tapi apa Rossi menjadi seorang pussy karena semua masalah itu? Apa dia menjadi pengecut karena itu semua? Atau apa dia malah kembali di hari Jumat dan Sabtu, bekerja sampai larut tengah malam di pitbox dan kemudian memenangi balapan di Minggu-nya?

Masih ada kesempatan buat Marquez kembali mengambil hati para pecinta balapan. Kembali menjadi pembalap yang dulu dihormati walaupun dia memenangi segalanya dengan mudah bahkan ketika dia menang dari Rossi sekalipun. Tetapi semua ada di tangannya sendiri. Bagaimana dia bersikap ke depannya. Bagaimana hubungannya dengan Rossi nantinya. Sedikit kecil juga akan dipengaruhi bagaimana fansnya bersikap dan merespon terutama di dunia maya. Bukan rahasia kalau kebanyakan fansnya terutama di Indonesia kebanyakan berasal dari anak baru gede atau abege bahasa kerennya. Yang dua tahun lalu melihat seorang anak kecil yang begitu piawai, begitu liar dan memenangi segala - galanya dalam waktu yang sangat singkat. Sisanya adalah mereka yang sudah kehilangan Biaggi, Gibernau dan Stoner, dan kemudian berpaling ke Marquez, yang penting bukan Rossi. Atau istilah kerennya ABR (Asal Bukan Rossi). Yang asal ucap tanpa mengerti, asal dibilang keren di dunia maya. Namun bungkam ketika fakta dihadirkan. Yang bisa muncul tiba - tiba ketika Rossi kalah, dan lenyap lebih cepat daripada onggokan kotoran disapu banjir ketika Rossi masih menang dan memecahkan rekor sampai detik ini.

Sifatnya ke depannya juga akan sedikit banyak dipengaruhi fans Rossi sendiri, ketika malam dia iseng buat check media sosialnya dan membaca banyak sekali komentar sinis dan kadang tergolong rude, setelah kejadian Assen, dari fans Rossi, ke dirinya. Memang bukan Rossi sendiri yang mengatakannya, tetapi itu akan sangat mengganggu mentalnya ke depannya dan pandangannya sendiri ke Rossi. Rossi mah ga salah apa - apa, tapi tetap mereka adalah fansnya Rossi bagaimanapun juga. 

Tidak bisa dipungkiri dan tidak ada yang berani membantah kalau Marquez akan kembali cepat dan kembali menang. Dia memiliki talenta yang luar biasa. Dia akan juga mengalahkan Rossi lagi di beberapa kesempatan. There is no doubt about that. Tetapi ketika saat itu datang, Valentino Rossi akan tetap menjadi Valentino Rossi. But will he still be Marc Marquez? Ketika saat itu datang,  akankah semuanya itu menjadi sama sekarang? Akankah podium mereka akan diisi tawa, canda, senyum, dan respect jujur seperti yang terlihat sebelum - sebelumnya? Akankah fans Rossi yang selama ini menghadapi gabungan haters dari fans Biaggi, Gibernau, Stoner, Lorenzo, harus ketambahan fans Marquez juga? 

IMO, cepat atau lambat ini juga akan kejadian. Karena di balapan tidak ada yang namanya teman, idola, fans dan tetek bengek lainnya. Karena pada akhirnya di hari Minggu, di garis start, ketika lampu merah padam, there will be only you, and your bike. Trying to be the fastest. Anything else is not a matter. Is never a matter.

2 comments:

  1. cool bro... postingan mewakili apa yang ada dibenak gue yang juga salah satu fans dari Vale.

    sebenernya setelah beberapa saat selesai balapan gue ditanya sama salah satu fan marc tapi dengan kalem gue jawab blm tau pasti itu kesalahan atau bukan terlepas itu dari pihak vale atau marc tapi setelah rilis bahwa itu murni dan vale tidak melakukan kecurangan jujur gue gak langsung seneng meski dari lubuk hati gue lega, karena gue juga penasaran pengen lagi liat video ulangnya kenapa panitia lomba ngasih keputusan kaya gitu. Gue cuma pengen tetep objektif aja nilainya, tapi setelah liat beberapa kali video ulangnya gue akhirnya sepaham dgn hasil keputusan panitia lomba dan bener2 lega Vale masih seperti dolo saat pertama kali gue ngefan sm doi yang selalu bertindak fair saat balapan dan sekaligus kecewa liat marc yang hadir menjadi sosok rival yang berbeda buat vale ketimbang pendahulunya, malah ikut bersikap kurang mengenakan seperti apa yang sering rival vale lainnya lakukan.

    ReplyDelete