"Riding a race bike is an art - a thing that you do because you feel something inside."

Tuesday, March 25, 2014

MotoGP Seri Pertama, Rossi Membalap 146%

Fantastic, magnificent, fabulous, wonderful, classic, semua kata - kata itu terdengar dari komentator MotoGP di TV. Bagaimana tidak, baru di seri pertama saja, kita sudah disuguhkan pertandingan luar biasa. The King VS The Prince, The Old Bastard VS The Little Bastard, The Idol VS The Fan.




Saya bahkan tidak tahu mau mulai darimana. Terlalu banyak drama. Dari Free Practice 1 sampai dengan Kualifikasi, Rossi tidak tampak terlalu meyakinkan. Open Class menakutkan di ajang kebut - kebutan siapa yang tercepat di satu lap. Bahkan Factory pun dibuat kalang kabut oleh kedigdayaan Open Bike, terutama Forward Yamaha yang dikendarai Aleix Espargaro. Dia berhasil merajai hampir semua sesi latihan bebas. Cuma nasib sial menimpanya di Kualifikasi dimana dia terjatuh dua kali dalam 15 menit sesi.

Rossi bahkan tidak beda nasibnya, dimana dia hampir saja harus masuk ke Q1, tetapi di sesi FP3 menit terakhir dia berhasil memperbaiki posisinya pas di nomer 10. Kemudian pada kualifikasi pun tidak berjalan dengan baik, Rossi juga harus puas berada di posisi 10 sekaligus posisi startnya di hari Race.

Mengherankan, banyak yang kaget dengan hasil yang diraih Rossi, karena di sesi test pra-musim dirinya tampak sangat puas dan sangat bersemangat, hasilnya juga sangat membanggakan. Tetapi di Qatar semuanya berubah. Bukan karena negara api menyerang, tetapi karena Open Class menggila, memang mereka sudah latihan beberapa hari sebelumnya di sirkuit yang sama tanpa factory Class, tetapi tetap saja, mereka dianggap kasta ketiga, dibawah Factory dan Satellite, tadinya...

Race Day! Vale yang harus start di posisi 10 tampak sangat berkonsentrasi, dia serius dengan ucapannya kalau 6 seri pertama di awal tahun dia akan sangat termotivasi, karena ini adalah penentuan dirinya apakah akan melanjutkan karirnya di MotoGP, atau tamat sama sekali kalau dia tidak kompetitif lagi.

Sepertinya racenya tidak perlu diceritakan lagi ya, masih segar banget di ingatan kita. Yang pasti duel seru Rossi dan Marquez benar - benar membuat kantuk menghilang. Kenyataan memang kalau ada Rossi terlibat dalam fight, maka MotoGP menjadi semakin menyenangkan. Marquez dan Rossi saling ngotot menjadi yang terbaik di Qatar, pada akhirnya memang Marquez keluar sebagai pemenang. Dia cukup pintar, menggunakan ban Hard sementara Rossi dan lainnya menggunakan Medium. Ban Hard kelebihannya adalah durability, atau daya tahan, performa hard bisa bertahan sampai dengan akhir balapan. Kekurangannya cuma agak lama panas dan menyesuaikan suhu dengan aspal pada awal balapan. Sedangkan medium, kebalikan dari Hard.

Lorenzo terjatuh di awal lap, dan Rossi, seperti biasa, mulai membabat satu persatu lawan di depannya, rasanya itu bukan Rossi, tetapi bocah umur 20 tahun yang lapar akan kemenangan. Rossi yang tepat berumut 35 tahun dan 35 hari di race Qatar kemaren tampak tidak terpengaruh sama sekali dengan media dan beberapa pihak yang meremehkan dia dan tidak memasukkan dia ke dalam calon podium di Qatar.
Dari posisi 10 dia berhasil menyalip Marquez di pertengahan lap ke 8 untuk memimpin jalannya balapan. Luar biasa, penonton bersorak, tidak percaya dan terkagum - kagum dengan aksi Old Bastard.

Memasuki 10 lap tersisa, Marquez mulai menyerang dengan kombinasi ban hard dan motor Hondanya. Masih teringat ketika di lurusan, Honda Marquez begitu digdaya akan Yamaha M1 Valentino Rossi. Honda RC214V sangat sangat sangat kencang di adu tarik urat, eh, lurusan. Rossi menguntit lagi ketika memasuki tikungan dengan late-brakenya yang terkenal, tanpa itu, Marquez mungkin sudah ngacir duluan meninggalkan Rossi. Sepertinya sistem pengereman Rossi sudah bekerja dengan normal. Tahun lalu ini adalah hal yang paling dikeluhkan Rossi. Semoga setelah Qatar, pengereman Rosi pun tidak ada masalah. Amin.

Begitu seterusnya sampai sisa 3 lap, Marquez kabur di trek lurus, Rossi mencoba slip stream untuk mengimbangi, Marquez grabag-grubug memasuki tikungan, Rossi dengan mulus mendekat, keluar tikungan Marquez kembali digdaya karena power akselerasi Honda yang sangat terkenal. Rossi tidak bisa berbuat apa - apa disini. Tetapi The Doctor adalah The Doctor. Dia tidak akan kalah tanpa perjuangan, di sisa 2 lap terakhir Rossi beberapa kali menyerang, namun Honda dan Marquez memang pasangan serasi, kembali lagi bisa menyalip Rossi dengan agresif. Sampai di finish line, Rossi masih sanggup menguntit juara dunia termuda sepanjang sejarah itu, dan harus puas di posisi 2.

Tetapi hasil ini adalah hasil yang sangat sempurna, tampak keceriaan di wajah Vale ketika dia memasuki Parc ferme. Sepertinya dia sangat puas dengan performa M1nya, walau sedikit kecewa dengan hasilnya. Sesampainya di Parc Ferme, dia langsung mengatakan " I was so close!" kepada Brent, salah satu mekaniknya. Tetapi gurat kesenangan tetap tersirat. Dia senang! Sepertinya kontrak 2 tahun lagi sudah disiapkan oleh Yamaha, nih!


Dari yang saya perhatikan, inilah Rossi yang sesungguhnya. Late Braking + TiTo, bahkan juara dunia 2013, pembalap yang masih sangat muda, 21 tahun, fenomena baru di MotoGP sampai kewalahan meladeni Rossi. Bayangkan, di umur 35 tahun Rossi yang menaiki M1 yang sudah jelas kalah satu step dibandingkan Honda RCV masih bisa menguntit dan menempel ketat Marquez. Rossilah yang membawa M1 menjadi podium 2, bukan M1 yang membawa Rossi. Dia membalap diluar batas kemampuan M1. 146 persen!
Jadi jelas sudah PR untuk Yamaha. Mereka harus segera menyempurnakan deselerasi dan akselerasi mereka. Gearbox Seamless mereka masih bukan lawan sepadan milik Honda.

Semoga seri - seri selanjutnya kita masih melihat Rossi yang seperti ini, yang mulai lapar akan kemenangan, bukan lapar snack iklan di TV. Sudah saatnya MotoGP kembali seperti dulu, yang menarik dengan aksi - aksi pertarungan ketat di depan. Bukan balapan jauh-jauhan gap. Untuk itu, MotoGP masih membutuhkan Rossi. Rossi yang dulu, bukan Rossi yang di Ducati. Sang legenda hidup, The Doctor, The King of Motorcycling Racing, The Entertainer, The Old Bastard, dan banyak lagi julukan untuk sang raja. Dan yamaha juga harus melihat kenyataan kalau Rossi masih sangat bertaring, dan untuk tidak pilih kasih pengembangan. Give Vale whatever he needed, and He will win the race. As simple as that.

1 comment:

  1. that's true .. what would be like if Motogp without him .. if he retire it would be disaster for Motogp ..

    ReplyDelete